Topeng

Chapter 1
Pagi yang cerah, walaupun tak secerah kemarin. Udara sejuk pun perlahan masuk ke sela-sela kulit, sangat sejuk. Terlihat seorang gadis berseragam rapih dengan tas di keranjang, mengayuh sepedanya dengan bahagia, santai namun tetap menyesuaikan keadaan, dan sepertinya hatinya sedang berbunga-bunga. Ah, tidak, Nindy memang seperti itu. Iya, gadis itu bernama Nindy. Nindy memang selalu terlihat bahagia, sangat periang, dimanapun dan kapanpun itu.
                Sesampainya di sekolah, Nindy langsung memarkirkan sepedanya di tempat yang telah disediakan. Dengan wajah yang sumringah dan hati yang bahagia, ia menyapa orang-orang sekitarnya, mulai dari penjaga parkir, penjaga sekolah, guru-guru yang baru hadir sampai kakak dan adik kelasnya.
“Hai, selamat pagi, hari ini cerah ya? Hihi..”
“Hai, bagaimana tidurmu semalam? Nyenyak kah?”
“Semoga hari ini menyenangkan!”
BRUUUUKKKKK!!!! Tiba-tiba seorang laki-laki mendorongnya dan Nindy pun terjatuh.
“Aduuuuh.. kau lagi. Tak bosan kau terus menjahiliku?” seketika wajahnya berubah kusut.
“Duh, pasti sakit sekali ya? Maaf ya nona manis, kali ini aku benar-benar tidak sengaja haha..” Pria itu tertawa dengan kencang dan langsung pergi bersama dua orang temannya meninggalkan Nindy.
“Apa kau tidak punya kata-kata lain selain itu? Mengapa selalu itu yang kau ucapkan? Hei, dengar tidak? Huh menyebalkan!” Kemudian Nindy bangun dan merapihkan dirinya yang terlihat berantakan setelah didorong oleh lelaki itu. Setelah terlihat lumayan rapih, Nindy langsung menuju ke kelasnya.
                Sampai di bibir pintu, laki-laki itu menatap Nindy dengan wajah yang bahagia sekali seakan-akan dia telah memenangkan olimpiade sains tingkat Internasional. Nindy hanya tersenyum sinis dan duduk di tempat biasa, baris kedua dari depan bersama temannya, Finna.
“Hei, nona manis, bagaimana bisa kau pergi ke sekolah dengan daun-daun kering di rambutmu? Kau ini ingin sekolah atau membantu tukang kebun sekolah? Haha..” Laki-laki itu masih dan tetap akan meledeknya, selalu.
“Apa? Memang ada apa di rambutku Finn?”
“Pasti Rio mengerjaimu lagi ya? Huh.. lihat rambut cantikmu, penuh dengan daun. Sini biar aku bersihkan.”
                Rio, laki-laki yang tadi mendorong Nindy. Rio dan kedua temannya, Abi dan Rangga adalah orang yang sangat disegani oleh murid sekolah lainnya. Mereka orang yang paling kaya karena orangtuanya adalah pemilik perusahaan besar di Negara ini. Mereka pembuat onar di sekolah, siapapun akan mereka habisi sekalipun itu adalah Kepala Sekolah.


-BEL ISTIRAHAT SIANG-
“Kau tau tidak? Aku belum makan dari pagi dan sekarang aku lapar sekali.” Finna memasang tampang melas di depan wajah Nindy.
“Lalu aku harus apa?”
“Aaaah kau ini, apakah kau sahabatku? Kurasa kau bukan sahabatku, kau saja tak mengertiku!”
“Haha ayo ke kantin. Aku yang traktir..”
“Benarkah? Kalau begitu kau sahabatku.” Finna menjulurkan lidah dan langsung berlari cepat ke kantin.
                Kantin sekolah mereka bisa dibilang cukup mewah dan sangat luas. Makanan yang dijual pun bukan sembarang makanan, benar-benar makanan mewah. Tempatnya pun didesign bergaya Eropa, dengan meja panjang dan kursi-kursi empuk, lampu gantung yang besar, dindingnya berbalut kertas ala Eropa serta diiringi alunan musik klasik yang sangat merdu.
“Kau benar akan mentraktirku kan Nin?”
“Iya, cepat sana pesan. Aku titip Chocolate Oreo ya!”
“Aishhh.. benarkah? Kalau begitu aku ingin Burger, Kentang Goreng, Mocca hangat, Milkshake. Wah hari ini aku akan sangat kenyang. Kau Chocolate Oreo ya? Baik akan ku pesankan hihi..” berjalan cepat meninggalkan Nindy dan menuju ke station makanan.
“Apa?” Nindy terkejut. “Heiiii pergunakan uangku dengan benar! Jangan kau habisi semuanya, itu untuk satu bulan Finn!!!”
-10 menit kemudian-
“Tadaaaa.. ini dia Chocolate Oreo untuk Nyonya Nindy hihi..” tiba-tiba Finna datang membawa pesanannya, 2 gelas minuman dan seloyang Pizza.
“Katanya kau ingin makan banyak? Kenapa kau hanya membeli es krim dan seloyang Pizza saja? Apa kau sudah makan diam-diam di belakangku ya?” Ledeknya.
“Ah, kau ini.. kenapa selalu berpikiran seperti itu! Aku juga tak tega menghabisi uang kau yang kau dapat hasil jerih payahmu sendiri, terlebih lagi kau tak punya siapa-siapa disini. Kau hanya tinggal sendiri disini dan hanya aku temanmu di sekolah. Malang sekali kau ini Nin.” Finna balik meledek.
“Wooo kau teman terbaikku Finn.. hihi” Nindy memeluk Finna erat.
**********
                Di rumah, seorang paman dan keponakannya sedang menikmati secangkir teh hangat sambil duduk santai didekat kolam ikan.
“Bagaimana Marsha? Apakah berhasil?” Paman Jono bertanya pada Marsha, keponakan tersayangnya.
“Belum paman, aku belum mendapatkan apa-apa. Sangat sulit untuk mendapatkannya.”
“Apa? Belum katamu?” sambil membanting cangkir teh ke lantai.
“Maafkan aku paman. Aku akan berusaha lagi nanti.” Marsha menunduk takut.
“Aaaah sudah sudahlah.. dari kemarin hanya itu alasanmu! Pokoknya, kau harus mendapatkannya untukku!” Paman meninggikan suaranya dan meninggalkan Marsha sendirian.
                Marsha merenung ditemani dengan gemericik air yang jatuh ke kolam ikan. ‘Haruskah aku melakukan itu? Apakah aku akan dihukum jika melakukan itu? Apakah aku berdosa? Tapi ini demi paman, ini permintaan paman. Paman yang sudah membesarkanku setelah orangtuaku tiada. Aku harus membalas jasanya. Tapi… ini sulit!’ Marsha menitikan air matanya.

BERSAMBUNG…
Sebenarnya siapa Paman dan Marsha ini? Nantikan kelanjutannya ya;)

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer